Laman

Minggu, 14 November 2010

HELLOWEEN - 7 SINNERS

Artist : Helloween
Judul Album : & Sinners
Format : CD
Rilis : Oktober 2010
Produksi : Sony Music
Tracklist :
1. Where the Sinners Go 03:35
2. Are You Metal ? 03:38
3. Who Is Mr. Madman ? 05:40
4. Raise the Noise 05:06
5. World of Fantasy 05:15
6. Long Live the King 04:12
7. The Smile of the Sun 04:37
8. You Stupid Mankind 04:05
9. If a Mountain Could Talk 06:43
10. The Sage, the Fool, the Sinner 04:00
11. My Sacrifice 05:00
12. Not Yet Today 01:11
13. Far in the Future 07:42 Bonustrack (Deluxe Digipak Edition)
14. I'm Free 04:10 

Sekali waktu ada telah dibuat kerajaan yang disebut Power Metal.  Tahun emasnya adalah berawal dari pertengahan tahun 80-an hingga pertengahan 90-an ketika raja dan pahlawan telah menyelamatkan kita dari kisah-kisah besar seperti  Walls of Jericho , Follow The Blind , Land Of The Free dan banyak lagi yang lainnya. Selama bertahun-tahun kerajaan ini telah kehilangan yang Power dan kreativitas dan sebagai hasilnya telah dianggap hilang terlepas dari beberapa pengecualian sampai tahun 2010. Pertama Pahlawan Gamma Ray , Blimd Guardian dan Kamelot melalui cerita-cerita mereka, mereka meletakkan karpet merah untuk Raja kembali “7 Sinners . The Kings Helloween melalui 7 Sinners yang mengatakan kepada kita bahwa mereka dan Power Metal pada umumnya di sini, masih hidup, Power penuh dan melodi tidak seperti sebelumnya!

Markus Grosskopf mengatakan bahwa album baru mereka adalah album tercepat dan terberat yang mereka pernah tercatat.  Yang benar adalah yang tidak secepat Walls of Jericho , tapi mengandung beberapa lagu kecepatan. Trek pertama ''Where The Sinners Go''menunjukkan apa yang akan datang berikutnya dan dengan''The Smile Of The Sun'' dan ''Not Yet Today” adalah mid-tempo hanya lagu. Yang aneh di album ini adalah solo flute yang ada di lagu''Raise To Noise”, khas Helloween lagu dari album terakhir, tetapi jauh lebih baik. Helloween ingin dimasukkan ke dalam lagu cinta mereka untuk Jethro Tull. Lagu sebelumnya bukanlah satu-satunya yang Helloween menunjukkan mereka mempengaruhi, riff dasar ''World Of Fantasi'' benar-benar mirip dengan solo ”Death Alley Driver''dari Rainbow , tetapi mereka telah menghubungkan itu begitu sempurna dengan lagu sisanya yaitu sebagai salah satu tercinta. The fastest songs of the album are '' Are You Metal? '', ''Who's Mr.madman'', ''Long Live the king'', ''If a mountain could talk'' and ''My sucrifise''. Lagu-lagu tercepat dari album ini adalah ''Are You  Metal? '', ''Who’s Mr.madman'', ''Long Live The King'', ''If A Mountain Could Talk'' dan ''My Sucrifise'' . Ciri utama dari album ini adalah bahwa orang-orang gabungan lagi suara gitar modern dengan suara tradisional kelompok.

Sesuatu yang penting untuk merujuk adalah bahwa Dani Löble selama rekaman tidak mengisolasi bermain dan suara drum dari instrumen lain dan hasilnya sangat baik. His playing is so agressive, fast and collapsed that you can not resist and you want to play air-drums! bermain Nya sangat agresif, cepat dan runtuh bahwa Anda tidak dapat menahan dan Anda ingin bermain drum udara. Lagu terakhir ''Far In the Future” adalah trek yang berisi semua karakteristik dari lagu-lagu dari dua album pertama mereka, yang refren, solo dan ritme dan merupakan satu-satunya lagu yang berlangsung 7 menit, yang cocok untuk mengakhiri album.
Sumber : Spirit Of Metal

IRON MAIDEN AKAN MENGGELAR KONSERNYA DI DUA KOTA DI INDONESIA


Original Production, dengan bangga mempersembahkan "ORIGINAL ROCK FEST 2011" dengan menghadirkan band rock legendaris IRON MAIDEN yang pastinya sudah lama dinanti oleh fans di tanah air.
Dalam tournya yang bertajuk "THE FINAL FRONTIER WORLD TOUR 2011" ini rencananya akan di gelar di Jakarta dan Bali. Tiket Pre-sale sudah banyak dijual di berbagai distributor.

Berikut adalah harga tiket yang sudah bisa dipesan mulai bulan November :

JAKARTA CONCERT

PRE SALE (14 NOVEMBER 2010)

- FESTIVAL A : 600.000
- FESTIVAL B : 400.000

15 NOVEMBER 2010 – 31 JANUARI 2011

- FESTIVAL A : 750.000
- FESTIVAL B : 550.000
- TRIBUN BAWAH : 350.000
- TRIBUN ATAS : 250.000

1 FEBRUARI 2011 – 17 FEBRUARI 2011

- FESTIVAL A : 900.000
- FESTIVAL B : 700.000
- TRIBUN BAWAH : 400.000
- TRIBUN ATAS : 300.000

BALI CONCERT

15 NOVEMBER 2010 – 31 JANUARI 2011

- FESTIVAL A : 550.000
- FESTIVAL B : 350.000

1 FEBRUARI 2011 – 20 FEBRUARI 2011

- FESTIVAL A : 650.000
- FESTIVAL B : 450.000

BAND DEATH METAL LAWAS, "SINISTER" AKAN MERILIS ALBUMNYA AKHIR TAHUN.

Pecinta death metal lawas mana yang tak kenal SINISTER dan kabar baiknya band Belanda yang terbentuk di tahun 1988 tersebut akan merilis album baru dengan tajuk “Legacy of Ashes” dan bakal beredar tanggal 17 Desember nanti dibawah kendali Massacre Records. “Legacy of Ashes” direkam di Studio Soundlodge di kota Rhauderfhn, Jerman bersama produser Jorg Uken yang sudah lebih dulu dikenal pernah menangani GOD DETHRONED dan juga OBSCENITY.
Dan berikut susunan lagu di album baru mereka:
01. Herd Of Damnation (intro)
02. Into The Blind World ‘
03. The Enemy Of My Enemy
04. Anatomie Of A Catastrophe
05. The Sin Of Sodomy
06. Legacy Of Ashes
07. The Hornet’s Nest
08. Righteous Indignations
09. The Living Sacrifice

Tahun lalu SINISTER merilis dua album yakni album “The Best” dan juga album live “Prophecies Denied”. Album live ini adalah hasil rekaman ketika Kloosterwaard cs manggung di Stodola Club di kota Warsaw, Polandia, Agustus 2006. Sejatinya “Prophecies Denied” ini adalah DVD konser SINISTER lengkap dengan dokumentari. Ini juga merupakan satu-satunya rilisan mereka dalam bentuk DVD.
Sedangkan album terakhir “The Silent Howling” beredar sejak Agustus 2008 juga oleh Massacre Records dan juga direkam di Studio Soundlodge. Kami mengganggap album berisi tujuh lagu tersebut sangat hebat apalagi jika membandingkannya dengan dua rilisan sebelumnya, “Savage or Grace” di tahun 2003.

Dan SINISTER sekarang ada:
Aad Kloosterwaard – Vocals
Alex Paul – Guitars
Bas Van Den Bogaard – Bass
Edwin Van Den Eeden – Drums

Related Posts with ThumbnailsSumber : Berontakzine

IRON MAIDEN - THE FINAL FRONTIER; APAKAH INI AKAN MENJADI YANG TERAKHIR?

Artis : Iron Maiden
Judul Album : The Final Frontier
Format : CD
Produksi : EMI


Oleh : Ricky Siahaan (Rolling Stone)

Apakah ini akan menjadi yang terakhir?

Pertanyaan di sub judul di atas bukan tercetus karena melihat 15 buah album yang telah dirilis sepanjang karier selama 30 tahun lebih, atau umur rocker gaek yang rata-rata berkepala 5, namun datang dari materi The Final Frontier, kala para pendekar heavy metal ini terdengar tenang.  Terlalu tenang bahkan. Tembang “Satellite 15/The Final Frontier” merupakan introduksi bersifat epik yang disuguhkan untuk kemudian masuk ke single pertama “El Dorado” yang bertempo sedang dan menyerempet hard rock di beberapa tempat. Melihat dari durasi lagu yang rata-rata cukup panjang yakni di kisaran 6-9 menit, album ini seakan ingin- mencoba bermain dengan unsur prog-rock dengan beberapa bagian yang berbeda-beda tempo dan tema nada, namun sayangnya ada sesuatu yang hilang di sini. Setrum ekstra yang biasa mengejutkan jantung terasa terlalu bervoltase rendah. Oktan dari bensin Maiden di sini terasa bagai premium, bukan pertamax plus seperti biasanya. Hal ini menyebabkan The Final Frontier perlu berusaha cukup keras untuk menyita perhatian pendengarnya. Namun rasanya aplaus tetap perlu diberikan kepada kualitas Bruce Dickinson yang tak menunjukkan kompromi. Nada tinggi tetap dibabat dengan kualitas prima, menunjukkan bahwa Iron Maiden masih memiliki apa yang diperlukan untuk menjadi raja heavy metal. 

Sumber : Rolling Stone

Sabtu, 13 November 2010

ROTOR, THE LEGEND OF INDONESIAN THRASH METAL ARE BACK!

Artis: Rotor
Judul Album: Remastered 2010
Rilis: Oktober 2010
Format: CD
Produksi: Rotorcorp records

Legend Thash Metal are Back! Yes… ini dia amunisi yang lama tersimpan kini terbongkar sudah dengan dirilisnya album-album lawas milik Rotor dengan format Remastered, berisikan 35 lagu dari album Behind The 8th Ball (1992), Eleven Keys (1995), New Blood (1996), Menang (1997) dibungkus dalam 2 CD digabung menjadi satu kemasan yang sangat memuaskan para pecinta musik metal.
Mungkin inilah salah satu yang harus kita ketahui bahwa Rotor merupakan band lawas (terbentuk pada awal tahun 1991) dan kini menjadi legenda dalam dunia musik metal, siapa yang tidak kenal dengan Rotor berarti kalian tidak / belum mengetahui sejarah yang terukir dalam dunia musik metal Indonesia.
Memang sebagian orang banyak menantikan album-album milik Rotor untuk diperoleh kembali / bahkan ada yang tersisa dipasaran tapi hanya dalam format kaset tapi itupun tidak banyak yang menjualnya, dan inilah saatnya penantian panjang yang ditunggu-tunggu para pecinta musik metal Indonesia.
Dalam album ini kalian bisa menyimak beberapa lagu seperti Nuclear Is The Solution, Behind The 8th Ball, Cursed of Leak, Eleven Keys, My Name is Santet, Pluit Phobia, Nadya… Biar Gini Aja, Diplomasi Gila, Menang, Gatholoco, dan masih banyak lagi tembang-tembang sadis lainnya yang wajib kalian simak.
Jika disimak secara serius album ini bisa dikatakan sangat terasa sekali atmosfir kemurnian Thrash Metal sesungguhnya dari Rotor dan selain itu kita seolah diajak flashback dalam mengenang kejayaan dan perjuangan Rotor dalam dunia musik metal. Rotor yang saat ini tersisakan hanya Irfan dan Bakar hanya bisa memberikan sebuah bukti apresiasi terhadap musik metal dalam bentuk karya seni yang harus terus diperjuangkan. Pembuktian itu sudah ada dan sekarang tinggal kita yang bisa meneruskan untuk lebih maju lagi.
Ada yang berbeda dalam album ini dimana terdapat beberapa lagu Rotor yang dulu sempat dinyanyikan oleh Alm. Jody dan tidak dirilis dalam album-album sebelumnya kini dihadirkan special dalam album Remastered, penasaran kan?
Setelah dirilisnya album Remastered ini, dikabarkan bahwa Rotor akan segera melakukan perjalanan tur eropa dalam rangka memperkenalkan kembali sekaligus mencoba bersilaturahmi dengan musisi internasional. Dan tidak ketinggalan juga bahwa direncanakan tahun 2011 nanti Rotor akan melakukan tur di beberapa kota di Indonesia.

The Black Dahlia Murder - Deflorate (2010)


Artist - The Black Dahlia Murder
Album - Deflorate
Year - 2009
Genre - Melodic Death Metal
Web - http://www.myspace.com/blackdahliamurder
Country - Detroit, Michigan, United States

 Tracklist:
1. Black Valor
2. Necropolis
3. A Selection Unnatural
4. Denounced, Disgraced
5. Christ Deformed
6. Death Panorama
7. Throne Of Lunacy
8. Eyes Of Thousand
9. That Which Erodes The Most Tender
10. I Will Return

Jumat, 22 Oktober 2010

3000an Orang Bersatu Menolak Terorisme di Konser Metal Untuk Semua


“Tadi sempat hujan deras, tapi sekarang sudah berhenti. Ini adalah bukti bahwa Tuhan memberkati musik setan,” kata Daniel vokalis Deadsquad dengan lantang dan jelas. Ucapan itu kemudian diamini para metalheads dengan mengangkat tangan mereka yang membentuk devil horns tinggi-tinggi ke udara.

Tentu saja ribuan manusia yang Minggu (17/10) sore itu berada di Bulungan Outdoor tidak sedang melakukan prosesi pemujaan setan ataupun upacara penyembahan berhala. Melainkan, sebuah konser musik metal sedang berlangsung di sana.

Deadsquad adalah band terakhir yang tampil sebelum break Maghrib. Minus pemain gitar Choky, Deadsquad menggempur telinga metalheads dengan komposisi-komposisi padat namun estetis mereka dari album Horror Vision (2009).

Setelah menuntaskan lagu ketiga, “Hiperbola Dogma Monoteis”, pemain bass Boni yang memiliki gaya khas mencabik-cabik 4-strings dengan rokok tersemat di bibir itu mengajak penonton berinteraksi. “Coba gue mau lihat tangannya dong,” pintanya kepada para penonton. Sontak ribuan devil horns kembali terlihat lagi di udara.

Tampak puas, Boni kemudian melanjutkan, “Ada yang bilang ini adalah simbol Zionis. Salah berat. Mereka nggak tahu kalau ini dipopulerkan oleh Ronnie James Dio? Bertahun-tahun main musik metal nggak kenal siapa Dio?”

Seperti yang tertulis dalam keterangan di situs jejaring sosial, konser yang diselenggarakan kolektif Bandar Metal yang diberi tajuk Metal Untuk Semua itu, “Bertujuan mengkampanyekan perdamaian, menghargai perbedaan dan menjunjung toleransi antar umat beragama yang belakangan mulai terganggu dengan aksi-aksi kekerasan/teror berkedok agama.” Menengok pada konteksnya sebagai kampanye, maka wajar rasanya bila hari itu para musisi yang tampil terlihat berapi-api dalam menyuarakan aspirasi mereka masing-masing dari atas panggung.

Seluruh band yang tampil di acara tanpa sponsor ini tidak ada satu pun yang dibayar, mereka secara sukarela ikut serta di acara ini untuk ikut mengkampanyekan perlawanan terhadap terorisme dan menghargai perbedaan. Sementara keuntungan yang di dapat dari acara ini nantinya akan dibagi secara rata bagi seluruh band yang tampil.

Soal devil horns atau metal horns, yang sempat jadi polemik di kalangan metalheads Jakarta, hari itu tampaknya menjadi isu seksi yang terus menerus disinggung para musisi yang naik ke atas panggung. Tema acara: “Konser Pro-Pluralisme & Anti-Terorisme” juga sepertinya sengaja dirancang untuk merespon propaganda yang coba menggiring subkultur metal menjadi eksklusif hanya bagi satu golongan atau agama tertentu saja.
Secara tersirat, tema ini tampaknya telah dipahami dengan baik oleh semua yang hadir, “Pro-Prularisme” menjadi pesan: Musik heavy metal dan subgenrenya adalah untuk semua yang hadir, yang tidak perlu dipolitisir dengan ajaran-ajaran agama tertentu sehingga berpotensi menyulut perpecahan komunitas di dalam subkultur yang telah sejak puluhan tahun lamanya hidup dalam aneka perbedaan agama, suku, ras, status sosial, dan sebagainya.

Tema “Anti-Terorisme” adalah untuk meng-counter upaya infiltrasi doktrin teror dengan kekerasan yang berkedok agama kepada segenap metalheads muda yang mayoritas mudah dipengaruhi. Fakta membuktikan bahwa beberapa dari ”pengantin” (pelaku terorisme) di Indonesia adalah kalangan ABG. Ada indikasi kuat pula bahwa kini para teroris berkedok agama coba menggunakan medium musik metal sebagai salah satu proses rekrutmen ”pengantin.”

Sebelum Deadsquad, Panic Disorder memborbardir para pecandu distorsi dari atas panggung dengan nomor-nomor beringas mereka. Bak hewan buas yang berada di dalam kerangkeng, para metalhead di barisan terdepan ber-headbanging sembari mengguncang-guncangkan pagar barikade yang membatasi mereka dengan panggung.

Seorang remaja puteri yang baju dan rambutnya tampak basah karena siraman hujan beberapa waktu sebelumnya memilih untuk melakukan sesuatu yang lebih liar lagi: Berdiri di atas pagar barikade, dan mengguncang-guncangkan kepalanya di sana selama beberapa saat. Panic Disorder menyudahi kegilaan itu dengan lagu terakhir, “Doktrin Penghancur”.

Hujan gerimis masih turun tatkala band sebelum Panic Disorder tampil, Seringai. Tapi para metalheads tak gentar oleh butir-butir air yang terus berjatuhan di atas kepala mereka. Sebaliknya mereka terlihat lebih berapi-api saat mengepalkan tangan ke udara sembari berteriak bersama-sama, “Individu / Individu Merdeka!!!”

Seakan menolak tunduk pada dogma apapun yang selalu mencoba mengontrol pikiran mereka. Melihat pemandangan ini mengingatkan pada salah satu bagian penting signature Roger Waters eks-Pink Floyd, “The Wall”: “We don’t need no education / We don’t need no thought control…”

Vokalis Arian13 seakan menemukan ruang untuk menyampaikan pandangan-pandangan politisnya secara leluasa di sini. Mereka yang sepekan sebelumnya sempat menyaksikan penampilan Seringai di Pantai Karnaval, Ancol, pasti menyadari bahwa set list Seringai sore itu tidak jauh berbeda. Dan masih sama pula seperti pekan sebelumnya, orasi Arian sore itu juga berisi seputar kritiknya pada aparat kepolisian Bandung yang susah memberikan ijin untuk mengadakan acara musik dan juga mengkritisi kebijakan sensor internet oleh Menkominfo Tifatul Sembiring.

“Dia pernah mengatakan bahwa bencana alam yang terjadi di Indonesia itu karena perbuatan tidak bermoral. Sehingga dia merasa perlu untuk memblokir situs porno,” kata Arian. “Itu sih karena letak geografis Indonesia saja yang berada di daerah rawan gempa.”

Selain nomor-nomor lama, Seringai membawakan dua lagu baru lainnya yaitu: “Dilarang di Bandung” dan “Program Party Seringai”. Dan hujan pun mulai reda.

Sebelumnya tampil cadas pula band old school death metal Jakarta, Ritual Doom yang masih digawangi oleh gitaris perempuan Vivi dan kini bersama vokalis Arry Fajar (eks-Purgatory). Band brutal death metal Funeral Inception membuka konser sore hari itu dengan meng-cover nomor milik Nile yang berjudul ”Kafir.” Doni Iblis, vokalis sekaligus show director Metal Untuk Semua termasuk salah satu yang berorasi cukup keras sore itu.

Metal is about fun! Metal tidak ngajari kita untuk ngebom, tidak ngajari kita untuk membenci atau anti terhadap agama lain, it’s about fun!” Tak lama setelah ia berorasi mendadak hujan pun turun cukup deras.

Band grindcore yang sangat plural komposisi personelnya, Noxa, tampil cukup pagi di acara tersebut. Karena beberapa orang personel mereka harus bekerja di hari Minggu. Walau tampil pagi bukan berarti para penggemar tidak ada, venue yang awalnya masih sepi mendadak ramai begitu Noxa mengentak dengan nomor-nomor brutal cepat dan pendek mereka.

Pluralisme memang bukanlah sesuatu yang aneh di dalam Noxa. Tak ada personelnya yang bersuku dan beragama sama di dalamnya. Vokalis Tonny beragama Kristen dan bersuku Batak, gitaris Ade adalah Muslim dan bersuku Jawa, bassist Nyoman adalah Hindu dan berasal dari Bali sementara drummer baru mereka, Alvin beragama Katolik dan berasal dari Jakarta. Semuanya berjalan dengan baik di dalam band ini tanpa menghiraukan apapun latar belakang mereka masing-masing. 

Beberapa yang tampil kemudian di Metal Untuk Semua di antaranya adalah band metalcore Straightout, gothic power metal Gelap, death thrash metal Death Valley, veteran death metal Trauma, Sabor hingga Death's Gray. Semuanya sama-sama meneriakkan perlawanan terhadap terorisme dan pesan-pesan toleransi antar umat beragama.

Jumlah penonton tidak berkurang secara signifikan ketika band thrash Oracle tampil membuka sesi kedua setelah break maghrib. Vokalis Troy Adam dengan rendah hati berterima kasih karena bandnya telah diundang di acara ini. Kemudian mereka kembali memanaskan amplifier dengan lima lagu, yang tiga di antaranya merupakan lagu dari album mereka No Truth, No Justice (2010): “Blessed in Funeral”, “K.P.K” dan “Calo Bangsat (Airlines).”

Dreamer juga menjadi band yang ditunggu-tunggu penonton malam itu. Vokalis perempuan Rika Ariga yang malam itu tampil cantik dan lebih leluasa untuk ber-headbanging setelah melahirkan, berhasil menjadi faktor penarik penonton untuk merapat ke depan panggung. Mereka membawakan dua lagu sendiri “Bait Suci” dan “Seroja 1975”, sebelum mengundang vokalis heavy metal legendaris Arul Efansyah untuk naik ke atas panggung.

“Selamat malam, Rakyat Metal!” teriak vokalis band Power Metal itu dengan suara melengkingnya yang khas. Kemudian bersama Arul, Dreamer membawakan dua lagu Power Metal, “Angkara” dan “Timur Tragedi”. Untuk beberapa saat venue jadi terasa berada di tengah pusaran puting beliung akibat pertemuan energi dari panggung dan penonton yang sama besarnya.

Tak lama berselang setelah penampilan Dreamer usai, band death metal Jakarta Timur, Siksakubur, kembali membuat ribuan orang yang masih bertahan di sana menjadi kehilangan kendali. Instrumental “Darah Terpilih” yang angker itu terdengar ketika pemain gitar Andre Tiranda, pemain bass Ewin, pemain gitar Nyoman dan pemain drum Prama sudah siap di atas panggung.
Ketika intro lagu “Anak Lelaki dan Serigala” yang menghentak terdengar, dan vokalis Japs muncul, metalheads pun langsung mengangkat devil horns mereka tinggi-tinggi sekali lagi. Dan Siksakubur pun tak segan menggempur mereka dengan lagu dari album terakhir mereka itu, Tentara Merah Darah (2010).

“Coba gue mau lihat tangan kalian semua. Gue mau melihat apakah jari kalian masih baik-baik saja,” kata pemain gitar Andre Tiranda kepada penonton setelah memainkan lagu kedua, “Menanduk Melawan Tunduk”. Dan tanduk-tanduk setan itu pun terlihat kembali.

“Ternyata jari kita masih baik-baik saja, ya,” kata Andre kemudian sedikit tertawa. Siksakubur pun melanjutkan dengan “Destitusi Menuju Mati” dari album Eye Cry (2003), serta dua lagu lagi dari album terakhir mereka “Dewa yang Terluka” dan “Memoar Sang Pengobar”.

Sebagai penutup acara, Bandar Metal mendaulat band thrash metal legendaris Roxx sebagai pemungkas acara. Roxx barangkali satu-satunya band yang paling santai malam itu. Meski di belakang panggung terpampang spanduk acara berukuran besar, lengkap dengan nama acara dan temanya, gitaris Jaya berkata pada satu jeda, “Prularisme! Apaan tuh? Gue nggak ngerti. Yang gue ngerti cuma kemaluan!” Para penonton pun spontan terbahak-bahak mendengar guyonan Jaya.

Namun, penonton tampaknya telah mahfum dengan karakter gitaris berambut keriwil yang senang bersenda gurau itu. Sehingga ucapan tersebut tidak menjadi sesuatu yang dianggap kontra terhadap tema acara. Roxx membawakan tujuh lagu malam itu, di antaranya “Price,” “Rock Bergema,” serta “Heroin”—yang mereka tulis untuk mantan pemain drum almarhum Arry Yanuar. Sebagai penutup, tak lupa Roxx membawakan satu nomor milik Metallica, “Seek & Destroy,” yang mungkin sengaja dipilih untuk menyatukan semangat melawan terorisme.

Legenda thrash metal Indonesia Roxx, vokalis legendaris heavy metal/power metal Arul Efansyah, serta band-band metal besar lainnya telah tampil menyuarakan dukungan terhadap kemajemukan—atau yang biasa kita sebut dengan Bhineka Tunggal Ika. Maka masih perlukah kita membangun eksklusivitas golongan? Jelas tidak!

Sumber : Berontakzine.com