Laman

Jumat, 15 Oktober 2010

Kisah di Balik Kesuksesan Tur Konser Death Vomit di Australia



Death Vomit, pionir deathmetal Yogyakarta melakukan tur luar negeri pertama sekaligus merilis ulang albumnya di negeri Kangguru belum lama ini. Ditemui di studionya di kawasan utara Yogyakarta, Death Vomit menceritakan bagaimana tur Australia membuat mereka seperti belajar bermusik dari nol lagi. Tur ini berawal dari percakapan sederhana dengan Xenophobic Records, sebuah label dan distributor khusus musik metal asal Australia via MySpace.
Oki, bassist, menjelaskan, “Awalnya Xenophobic tertarik untuk merilis ulang album The Prophecy yang kami rilis 2006 lalu, enggak nyangka juga ternyata selain album kami dirilis ulang, Agustus lalu kami juga diundang untuk tur ke lima kota disana plus membuka konser Dying Fetus dan Napalm Death.” Roy (drum) menambahkan kalau Death Vomit saat itu begitu antusias karena ini adalah kesempatan tur ke luar negeri pertama setelah malang melintang selama lima belas tahun di scene metal nasional.
Tur Australia Death Vomit diawali dengan pementasan pada 1 September 2010 di kota Perth. “Kita pertama main jadi band pembuka Dying Fetus dan Napalm Death di Perth, bener-bener keren crowd-nya,” ujar Roy. “Perth itu mungkin seperti Bandung  kalau di Indonesia, scene mereka kuat banget, mereka punya yang namanya Perth City Death Metal, semacam komunitas metal yang kuat, makanya crowd mereka juga keren,” tambah Roy. Penampilan perdana ini juga membuat publik Australia kaget Indonesia memiliki band death metal seperti Death Vomit.
Menurut Sofyan (gitar, vokal) sebelum penampilan mereka di Perth, metalheads di Australia hanya mengenal nama Death Vomit tanpa tahu musiknya. “Dari Perth itulah mereka baru tahu ini yang namanya Death Vomit, sebelum-sebelumnya mereka paling tahu namanya aja,” tutur Sofyan. Bagi mereka konser di Perth selain sebagai pembuka tur juga sebagai ajang perdana memperkenalkan musiknya pada scene metal Australia.
Setelah Perth mereka kemudian pentas di Civic Hotel di kota kecil Inglewood yang berada di Negara Bagian Barat Australia pada 4 September lalu. “Inglewood ini tidak beda jauh sama Perth, scene metal Australia itu kuatnya memang di negara bagian barat mereka, selain itu di tiap kota kan kita main sama band lokal metal mereka, nah disini band metalnya bagus-bagus, ada Grostique, Nails of Imposition sama Khariot juga,” jelas Roy.
Setelah Inglewood mereka kemudian melanjutkan turnya berturut-turut ke kota Geelong (9/9), Melbourne (10/9), Sydney (11/9) dan terakhir Brisbane pada 15 September lalu. Kesempatan bermain di enam kota di Autralia itu dimanfaatkan Death Vomit untuk mempromosikan rilis ulang album mereka di Australia sekaligus memperkenalkan lagu-lagu mereka di album baru yang akan dirilis Januari 2011. “Biasanya satu kota kita main sepuluh lagu, kita ambil setengahnya dari album lama yang dirilis ulang, setengahnya dari materi album baru,” ungkap Roy.
Death Vomit sendiri secara keseluruhan merasakan betul perbedaan besar antara konser di luar dengan di dalam negeri. “Kalau dilihat dari yang nonton, crowd disana tuh kecil, waktu main bareng Dying Fetus dan  Napalm Death paling cuma ada 300-an orang. Tapi yang gila crowd sana itu bener-bener memperhatikan, di lagu pertama mereka diam aja, kaya melototin yang main, kalau mainnya emang jelek, ya sudah mereka nggak bakal gubris di lagu-lagu berikutnya,” ujar Oki.
“Ibaratnya kalau kami main jelek di lagu pertama, langsung habis. Penontonnya sedikit tapi tegangnya sama kaya ditonton ribuan orang,” celoteh Roy yang disambut tawa Oki dan Sofyan.
Sementara Sofyan mengaku banyak belajar dari hal yang lebih teknis. “Disana yang bagus itu pemain bandnya tahu betul alatnya, mereka bawa sendiri, panggung bener-bener kosong sebelum ada yang main, jadi band metal sana bener-bener prepare dengan apa yang bakal mereka mainin.” Menurut mereka selain sebagai ajang promosi, konser enam kota di Australia tersebut membuat mereka belajar banyak hal yang sebelumnya tak pernah mereka sangka.
Keberhasilan Death Vomit melakukan tur Australia membuat pihak Xenophobic berencana mengundang mereka kembali tahun depan. “Ya rencananya sekalian promosi album baru yang dirilis Januari tahun depan, pasti tahun depan bakal lebih matang lah persiapannya, udah belajar dari tur kemarin,” ungkap Roy berjanji.
Selesai dengan tur di Australia tak membuat band yang telah menelurkan dua album ini bersantai-santai. Mereka kini langsung menyibukkan diri dengan rekaman album baru yang akan dirilis tahun depan. Sofyan, Oki dan Roy berharap dengan menjalin kerjasama bersama Xenophobic musik mereka bisa diterima metalhead Australia. “Sebelum kami publik Australia hanya tahu Burgerkill karena distribusi mereka sampai sana, kami juga ingin musik death metal Indonesia bisa diterima masyarakat internasional,” pungkas Roy.

Sumber : Rolling Stone Magz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar